Pengabdian

Eco-Village dan Desa Mandiri Ekonomi

Indra Mamad Gandidi, S.T., M.T Apri Wiyono, S.Pd., M.T Dr. Ida Farida Adi Prawira, S.E., M.Si Ega Taqwali Berman, S.Pd., M.Eng

Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi dari total angka pengangguran tingkat Nasional termasuk Kecamatan Cihampelas. Tingkat pendidikan di kecamatan Cihampelas mayoritas adalah lulusan Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir (SLTA) serta tidak berijazah. Profesi terbesar dari masyarakat Cipatik adalah pertanian dan bekerja sebagai buruh pabrik. Tingkat SDM sangat rendah berdampak pada masalah sosial yang sangat komplek terutama aspek sosial, lingkungan dan pengangguran.

Selain masalah sumber daya manusia, juga dihadapkan pada masalah Lingkungan. Lingkungan yang kurang nyaman terutama masalah sampah yang dihasilkan masyarakat sekitar 31.5 m3 /hari tidak tertangani dengan baik karena tingkat kesadaran masyarakat yang begitu rendah dan sulit untuk diajak berpartisipasi dalam pengelolaanya.

Para peneliti Universitas Pendidikan Indonesia mengembangan program Ecovillage dan Desa Mandiri Ekonomi. Ecovillage merupakan gambaran desa dengan penduduknya berusaha untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip ekologis, menyebabkan dampak sedikit mungkin terhadap lingkungan melalui aktivitas pemanfaatan limbah desa menjadi barang yang bernilai sehingga bisa membangun kemandirian desa dalam bentuk aspek ekonomis.

Ecovillage dan Desa Mandiri Ekonomi dikembangkan agar individu memiliki keberdayaan, kemampuan untuk membangun diri agar sehat fisik, mental, terdidik, kuat, memiliki nilai-nilai yang instrinsik yang menjadi sumber keberdayaan. Individu dapat bertahan (survive) dalam pengertian yang dinamis, mengembangkan diri dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian manusia.

Program Ecovillage dan Desa Mandiri Ekonomi dilakukan diawali dengan pembuatan teknologi pengolahan sampah menjadi BB dan pembuatan bahan materi untuk pembekalan kepada mahasiswa dan kelompok masyarakat. Teknologi pengolahan sampah terdiri dari sebuah silinder berdiameter 1 meter dengan panjang 1 meter dan tebal silinder 10 mm. Silinder ini difungsikan sebagai reaktor untuk proses produksi BBSA. Prinsip kerja dari alat ini adalah sampah dimasukan ke dalam reaktor di atas kemudian dipanas sampai temperatur 400-500 oC. Pada temperatur tersebut, sampah yang terdiri dari berbagai komponen dikonversikan menjadi gas. Gas yang dihasilkan selanjutnya dialirkan ke dalam long bed catalytic reactor (LBCR) yang ada didalam reaktor pirolisis untuk meningkatkan kualitas gas yang dihasilkan terutama yang berhubungan dengan panjang rantai hidrokarbon gas. LBCR ini digunakan untuk proses catalytic cracking dimana di dalam LBCR ditempatkan katalis alam yaitu dolomit yang telah dipersipakan sebelumnya. Keluar dari LBCR, gas dialirkan melalui kondensor panjang 30 meter berbahan tembaga untuk proses kondensasi. Sebagian dari gas (40-50%) akan terkondensasi menjadi cairan yang disebut dengan BBSA dan sebagian lainnya menjadi gas permanen seperti metan, hidrogen, dan karbon monoksida yang dialirkan menuju tungku untuk dijadikan tambahan bahan bakar.

Kegiatan selanjutnya pembuatan kompor Biokom. Dua jenis Biokom yang dibuat yaitu tipe tower (Bikom generasi ke-2) dan tipe datar (Biokom generasi ke-3). Biokom generasi ke-2 dikhususkan untuk penggunaan yang mobile seperti UMKM makanan yang berjualan di pinggiran jalan karena mudah dalam pengangkutan. Sedangkan Biokom generasi ke-2 diperuntukan bagi rumah tangga yang terbiasa dengan model kompor gas.

Kegiatan pembekalan mahasiswa sebagai Team Hijauku Hijaumu yang menjadi sasaran penghubung kepada masyarakat. Proses pembekalan ini melibatkan 10 orang mahasiswa Teknik Mesin dan Ekonomi dan Bisnis. Materi yang diberikan dalam proses pembekalan ini meliputi materi tentang pengolahan sampah, pemanfaatan hasil olahan, teori manajemen, UMKM dan semua materi yang berhubungan bisnis dan pembukaan usaha baru.

Kegiatan selanjutnya adalah membuat tungku tempat dudukan reaktor di lokasi yang telah disepakati oleh pihak masyarakat dengan tim PPDM, pemasangan atau instalasi alat pengolahan sampah di lokasi serta pembekalan kepada kelompok masyarakat. Kegiatan pembekalan dan praktek pelatihan yang diberikan adalah bagaimana membuat katalis yang nanti digunakan untuk proses produksi BBSA dan praktek bagaimana cara membuat BBSA dari sampah serta praktek penggunaan BBSA yang dihasil pada kompor Biokom.